Cerdas-Manusiawi-Fokus

Wednesday, August 10, 2016

Sama sekali  tidak bosan membahas manusia inspiratif yang satu ini.

Terlepas masalah kelebihan dan kekurangan sebagai seorang manusia yang tidak maksum, setidaknya banyak hal positif yang bisa kita ambil dari beliau.

Kurang baik jika kita menyanjungnya hanya dari satu sisi kelebihannya, karena hanya Allah yang tahu luar dalamnya dan potensial menimbulkan kecemburuan pihak lain. Cukup kita cermati beberapa kiprahnya untuk bangsa ini, tanpa banyak bicara ataupun pencitraan.

Kita perhatikan kiprahnya yang akhir-akhir ini diangkat beberapa media. Betapa beliau terkesan fokus terhadap apa yang bisa dilakukannya untuk rakyat, walaupun beliau tidak lagi menjabat sebagai presiden. Beliau fokus dengan potensI yang dimilikinya, kecerdasan dan kekayaan, kemudian digunakannya untuk kemanusiaan. Beliau terkesan tidak sibuk mengurusi atau berkomentar dengan beberapa wacana yang dilontarkan oleh pejabat-pejabat baru dengan berbagai manuvernya, tapi lihat, apa yang dilakukannya untuk sesama manusia yang butuh bantuan, untuk rakyat yang kerepotan memyesuaikan diri dengan berbagai kebijakan pemerintah yang sering berganti-ganti?

Alangkah indahnya jika manusia model begini diperbanyak, tidak banyak komentar terhadap pihak lain, tapi fokus pada apa yang bisa dilakukannya untuk bangsa, diakui atau tidak, dihargai atau dipandang sebelah mata oleh pihak lain.

Fokus! Pada apa yang bisa dilakukan untuk kemanusiaan!
Fokus! Pada pada penilaian Dia Yang Maha Menyaksikan!

http://regional.kompas.com/read/2016/08/08/13400491/habibie.di.rs.khusus.ginjal.warga.miskin.bisa.dapat.pengobatan.cuma-cuma
.

Hari Esok, Tak Ada Yang Tahu

Thursday, May 12, 2016

Benar-benar gelap!

Tak ada yang tahu pasti, apa yang akan terjadi esok hari.

Walau para motivator telah mengajari berbagai teori perencanaan kehidupan, berapa persen dari peserta workshop yang berhasil mencapai keberhasilan?

Dalam perencanaan, yang digambarkan adalah kesuksesan!
Bagaimana kenyataannya? Seperti halnya para pendatang dari daerah ke ibukota, rasanya tak ada yang merencanakan jadi gelandangan dan pengangguran, tak juga membayangkan jadi korban penggusuran.

Semua ingin sukses, menjadi karyawan atau pengusaha.

Tapi nyatanya? 

Nasibnya bahkan lebih buruk dari para pengungsi korban perang negara yang sedang dalam konflik. Mereka korban, tak ada kekuatan menghadapi agresor kejam bersenjata lengkap, sedangkan di sini? Bukankah Indonesia negara merdeka? Ada pemerintah yang seharusnya melindungi rakyat dari serangan pihak manapun, tapi kenapa justru rakyat berhadapan dengan pihak yang seharusnya jadi pelindungnya? Begitu rumitkah masalahnya sehingga tak ditemukan solusi yang tidak menimbulkan rasa miris?

Allah!

Andai semua kita berfikir tentang tanggung jawab di hadapan Allah atas amanah yang ada di pundak masing-masing, tentu tak kan terjadi hal-hal seperti ini.

Andai semua kita introspeksi diri dan memperbaiki hal-hal yang belum benar, tentu siatuasi takkan seburuk ini.

Andai semua kita berani mengakui kesalahan dan tidak menuntut pihak lain, bahkan dengan rendah hati minta maaf dan memperbaiki keadaan, tentu penyelesaian segera terwujud.

Andai semua kita beritikad baik menegakkan keadilan di segala lini, maka kesejahteraan merata tak mustahil segera ternikmati.

Andai semua kita bersedia mengurangi keserakahan, arogansi dan egoisme, tentu tak kan  lagi terjadi saling menuntut.

"Andai" adalah kata yang dibenci Allah, jika hanya sebatas angan, tapi andai akan akan diwujudkan-Nya, jika dia adalah kata yang mewakili sebuah mimpi dan diikuti kerja nyata.

Kerumitan masalah memang harus diurai, kebuntuan wajib dipecahkan, tapi win-win solution akan sulit tercapai jika di sana  masih banyak kepentingan yang menunggangi.

Bersihkan nurani, maka dia akan menjadi pemersatu bagi setiap diri yang masih memilikinya, entah saat ini yang bersangkutan ada di barisan yang sama.

https://www.islampos.com/koordinator-warga-kampung-aquarium-tak-sampai-kelaparan-kami-terima-banyak-donasi-275793/

Menjemput Husnul Khotimah

Thursday, May 5, 2016

Banyak cara untuk menjemput husnul khotimah yang tak jelas kapan datangnya.

Dokter pesialis anak dan staffnya ini merupakan salah satu contohnya.

Terlepas bagaimana nilai kehidupan sebelumnya, berdasarkan kriteria, kematiannya termasuk pada akhir kehidupan yang baik.

Manusia tidak perlu mempertanyakan mengapa Allah memilihkan sebuah takdir untuk seseorang, yang jadi tugas manusia adalah menyikapi dengan cara sebaik-baiknya.

Tak ada keharusan Allah menjawab pertanyaan, mengapa mengizinkan terjadinya perang? Bukankah Dia Maha Kuasa untuk mencegahnya?

Yang jadi keharusan adalah, manusia memberikan alasan atas pilihan sikapnya terhadap takdir itu.

Nilai manusia ada pada apa yang menjadi pilihan tindakan beserta alasan-alasannya.

Manusia diberi kewenangan yang berbeda atas sebuah takdir.

Suriah-Alepo, dua nama yang akhir-akhir ini menggetarkan jiwa saat mendengar namanya disebut.

Segera bercermin diri, apa yang bisa kita lakukan dengan kewenangan yang Allah berikan pada kita?

Adakah kekuasaan yang dapat mempengaruhi situasi di sana?

Adakah kekuatan yang bisa kita berikan pada silemah di sana?

Adakah seteguk air yang mampu kita bagi untuk yang kehausan di sana?

Adakah sekerat roti yang bisa mengganjal sebentar saja perut-perut lapar mereka?

Atau, tak adakah yang bisa kita berikan pada yang sedang terdzolimi di sana, walau hanya dengan setangkup doa?

Allah...masih adakah setitik iman di hati kami?

http://duniatimteng.com/mengerikan-detik-detik-jatuhnya-bom-di-dalam-rumah-sakit-aleppo-suriah/

Antara Orang Tua-Guru-polisi-KPPA

Kadang bingung membaca berita tentang kasus yang menyangkut perlakuan guru kepada murid yang dilaporkan pihak orang tua ke ranah hukum.

Sepertinya kok jadi rancu, sebenarnya apa bentuk kerjasama antara orang tua dengan guru saat mendaftarkan anaknya ke lembaga pendidikan yang dipilih?

Bukankah seharusnya orang tua dan guru bermitra dalam mendidik anaknya?

Ketika orang tua tak memiliki kesanggupan mendidik anaknya karena berbagai keterbasan, biasanya mereka menitipkan anaknya di bawah bimbingan seorang guru atau lembaga pendidikan tertentu.

Seharusnya di sana ada rasa saling menghormati dan mendukung, ada keterbukaan dan komunikasi menyelesaikan kendala yang dihadapi anak dalam belajar, menunaikan hak dan kewajiban sesuai ketentuan yang sudah disepakati.

Belum lagi pertanyaan, dimana peran KPPA? Kadang terkesan KPPA membela anak-anak yang melawan orang tuanya, apalagi kalau sudah melibatkan aparat kepolisian, bukankah pemberitaan tentang hal ini membuat anak-anak semakin berani menentang orang tua, karena merasa ada yang melindungi dan membela? Walau tidak menutup kemungkinan, satu dua kasus memang harus ada peran pihak ketiga dalam hubungan orang tua dengan anak yang sedang berkonflik.

Hmm, memang sepertinya masih banyak yang perlu dibenahi, dan ini sangat terkait komunikasi.

1. Seharusnya ada peningkatan pemahaman orang tua tentang hak dan kewajiban orang tua sebagai wali murid serta anaknya sebagai murid.

2. Ada batasan tegas hak dan kewajiban guru terhadap murid serta konskuensi pelanggaran atas ketentuan tersebut.

3. Ada perjanjian tertulis mengenai batasan kapan kasus bisa dibawa ke ranah hukum.

4. Komunikasi intens antara pihak orang tua dan sekolah.

5. Sosialisasi oleh KPPA ke pihak sekolah, murid dan orang tua tentang visi, misi dan kewenangan serta bidang garapannya.

http://www.infoguru.click/2016/05/guru-cubit-siswa-orang-tua-murid-ini.html

Membongkar Sebab Perpecahan

Sunday, April 24, 2016

Membongkar Sebab Perpecahan

Sedih rasanya kalau membaca di media cetak maupun online yang sering mengangkat masalah ketidak harmonisan hubungan antar manusia. Baik itu konflik antar suami-istri, anak-orang tua, antar teman, antar suku, antar agama.

Dampak konflik itu beragam, dari perseteruan ringan, saling tuntut di pengadilan, bahkan saling bentrok fisik, tawuran, pembunuhan dan peperangan.

Padahal sudah jelas dalam Al Qur'an Allah telah memberitahukan :

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" ( QS. Al-Hujurat : 13)

Sebenarnya hal-hal tersebut bisa dicegah, jika kita bersungguh-sungguh menunaikan hak dan kewajiban sosial seperti yang diperintahkan Allah.

Ketika kita menjalin huhungan sosial karena taat pada Allah, melaksanakan perintahnya, tentu dasarnya adalah ikatan kepada Allah, takut jika lalai dalam menunaikan hak-hak orang lain.

Kedekatan hubungan yang terjalin tentunya membuka peluang untuk saling mendengar, menasihati, mencari solusi dalam setiap permasalahan dan mendatangkan kebahagiaan.

Siapa yang tidak bahagia ketika ada yang memperhatikan, menyayangi dan mengingatkan dengan cara yang baik?

Kalau semua kita kembali kepada fitrah kemanusiaan, mengikuti suara nurani, semoga dengan siapapun kita berhubungan akan membawa kebaikan.

Lama Tak Difungsikan

Thursday, April 21, 2016

Sebenarnya blog ini sudah lama dibuat, tepatnya bulan Nopember 2013, tapi belum dimunculkan, walaupun secara konsep sudah terbayang, jenis tulisan seperti apa yang akan dimunculkan di sini.

Copas, istilah yang biasa digunakan untuk menerbitkan kembali tulisan yang sudah ada yaitu dengan meng-copy lalu mem-paste.

Tapi boleh juga kita plesetkan copas dengan makna kupas, khusus untuk blog ini, ya!

Rencana blog ini berisi tulisan yang terinspirasi dari berita di media lalu ditelaah sekedarnya.

Semoga saja ini memotivasi penulis untuk selalu up date berita.

Harapannya, blog ini memberikan manfaat kepada pengunjung dan bernilai ibadah untuk penulis.