Aksi Freeze Mob KJ4 Lampung

Wednesday, April 4, 2018

Hari ini, Rabu 4 April 2018 adalah hari istimewa bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Lampung,  dengan nomor urut 4 (Mustafa-Jajuli). Sebab pada hari ini secara resmi Kartu Jaminan 4 (KJ4) diluncurkan ke publik atau masyarakat.


Sengaja dipilih hari ini, agar mudah mengingatnya, dengan nomor cantik tanggal (4) bulan (4) dari paslon (4) launching program kartu jaminan (KJ 4)


KJ 4 merupakan singkatan dari:
Kartu Jaminan Kesehatan
Kartu Jaminan Pendidikan
Kartu Jaminan Kesejahteraan
Kartu Jaminan Usaha dan Kemandirian


Beberapa agenda yang telah disiapkan antara lain, arahan dan peresmian KJ4 oleh Ketua Tim Pemenangan Koalisi Lampung Kece, Ahmad Mufti Salim.


Selsin itu, launching atau peresmian program Lampung Kece, yakni program entrepreneur bagi pemuda dalam rangka kemandirian sebagai salah satu aspek yang dijamin oleh KJ4, yaitu jaminan usaha dan kemandirian.


Menurut Ahmad Mufti Salim, program Lampung Kece akan digulirkan secara serentak di 200an desa selampung.


"Pembukaanny sore hari ini pukul 4, dengan ditandai dengan TFT atau Training For Trainer para instruktur kewirausahaan atau entrepreneurship yang akan disebar di 200an desa se Lampung. Mereka pun akan menularkan virus entrepreneur bagi pemuda-pemuda di Lampung, dengan salah satu materinya adalah pelatihan marketing digital," kata Mufti Salim.


Menurut Alumni Ponpes Krapyak Yogyakarta ini para peserta TFT hari ini akan mendampingi para pemuda untuk bisa secara mandiri melakukan pengelolaan bisnis. "Sehingga dengan awalan pelatihan kewirausahaan atau entrepreneurship training, berikutnya proses pendampingan lalu jika kelak Allah mentakdirkan paslon nomor 4 jadi pemenang, maka tentu disiapkan modal usaha bagi wirausaha muda baru," katanya lagi.


Selain Jaminan Usaha dan Kemandirian,  manfaat lain dari KJ4 adalah Jaminan Pendidikan, Jaminan Kesehatan dan Jaminan Kesejahteraan.


Selain launching secara resmi KJ4, agenda lainnya adalah freeze mob dan flash mob secara serentak di 400 titik se Lampung.


Menurut Archan, panitia flashmob dan freemob, kegiatan ini dimaksudkan untuk membahagiakan masyarakat dengan cara atau model kampanye yang kreatif.


"Tidak monoton, dan tentu ini kampanye menarik, berbiaya murah, dan mudah-mudahan masyarakat menikmatinya," turup Archan.


Sumber: Humas PKS Lampung

Kontroversi Puisi Sukmawati Soekarnoputri

Monday, April 2, 2018

Sukmawati Soekarnoputri (sumber:pojoksatu.id)


Ibu Indonesia

Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya. 
(idh/elz) 

sumber : https://news.detik.com/berita/3950035/buka-bukaan-sukmawati-soal-puisi-yang-disebut-lecehkan-islam 

Memasuki bulan April 2018, kembali beredar berita viral terkait SARA, yaitu pembacaan puisi oleh putri proklamator Indonesia, Sukmawati Soekarnoputri.

Saya tidak akan membahas puisinya, karena akan sulit menilai sebuah karya seni yang ukuran kebenaran dan keindahannya sangat subyektif. Beliau pun merasa tidak ada masalah, karena sebagai seorang budayawati berhak memberikan opini dan mengarang puisi atau cerita sesuai dengan sudut pandangnya.

Yang jadi masalah, ketika karya seni itu ditunjukkan untuk dinikmati orang lain secara terbuka. Apa yang akan terjadi?

Jika sang seniman/budayawan merasa bebas beropini lewat karya seni, maka penikmat karyanya pun merasa bebas menilai kemudian beropini dan menyiarkannya.

Apa yang terjadi?

Kontroversi!

Ada yang setuju dengan Sukmawati, berekspresi menyampaikan pendapat pribadi, dalam  dunia seni, hal itu sah-sah saja.

Ada yang menganggap, puisinya mengandung isu SARA, yang bisa memicu pecah belah antar penganut agama.

Ada yang menganggapnya sebagai bentuk pengalihan isu tertentu.

Ada yang menganggap sedang melakukan manuver politik, dsb.

Sukmawati Soekarnoputri, jelas bukan saya, seorang warga sangat biasa dan tidak punya pengaruh seperti beliau yang seorang putri proklamator. 

Apapun sikap dan ucapannya yang terekspose media, tentu mempunyai pengaruh terhadap sebagian rakyat Indonesia. Seharusnya hal itu harus dikedepankan, sehingga benar-benar mempertimbangkan segala hal yang sangat potensial terendus media.

Kalau memang itu hanya pendapat pribadi, tanpa berniat mempengaruhi atau membuat kontroversi, seharusnya lebih bijak, karena saya yakin, beliau seorang politisi cerdas, pasti tahu efek dari puisi yang dibacakannya di hadapan publik.

Atau...memang sebuah kesengajaan?

Hmm...apa targetnya?

Hubungan Arogansi dan Uang

Tuesday, March 13, 2018


Lagi, sebuah adegan yang dipertontonkan seorang perempuan, arogansi berlatar belakang uang.

Sedikit kronologis yang sempat saya tangkap.

Seorang perempuan nampak menuntun motor dan menabrakkannya pada tubuh seorang polantas yang berdiri di pinggir jalan. Kata pengunggah, ibu ini distop karena tidak menggunakan helm. Di rekaman itu saya tidak melihat adegan saat polisi meminta ibu itu berhenti. Kemudian pengendara itu menstandar motor dan menghampiri polisi sambil mengatakan sesuatu yang tidak begitu jelas tapi bernada omelan.

Tak dinyana, perempuan itu meraih tangan polisi dan langsung menggigitnya dengan geregetan dan agak lama, hal itu diulang lagi. Herannya, polisi tersebut tidak menarik paksa tangan yang digigit itu, beliau hanya berusaha memberi penjelasan sambil meringis.

"Harga helm berapa, ha...ha!" si ibu menjawab dengan nada membentak setengah berteriak.

Dua orang pria mendekat, sepertinya berusaha melerai, tapi si ibu seolah tidak peduli. Dia mengeluarkan dompet, menghitung uang limapuluhan ribu dan mengacung-acungkan ke wajah polisi bahkan memukul-mukulkannya ke dada pria berbadan tegap tersebut.

"Satu juta...nih, satu juta untuk beli helm, mana helmnya...mana helmnya!" si ibu terus berteriak-teriak sambil memukul-mukulkan uang itu. Kedua pria yang mendekat seakan tidak kuasa menghentikan adegan itu. Bagaimana kelanjutannya?

Sudah, hanya sampai di situ, perekam menghentikan kegiatannya.

Huft!

Ada apa ini?

Mengapa medsos diramaikan oleh viral dengan hal-hal seperti ini? Mirip-mirip, kan dengan Belajar dari Drama Pelakor kemarin?

Terlepas dari kevalidan video tersebut, apakah asli atau sudah diedit, juga apa latar belakang viralnya dua rekaman vieo tersebut, saya melihat isi materinya.

Arogansi seorang perempuan yang punya uang.

Apakah ini sebuah fenomena gunung es? Apa yang muncul dan viral di medsos merupakan gambaran pada umumnya di masyarakat? Ataukah justru ini sedang diupayakan menjadi sebuah hal yang dianggap biasa? Apakah ini sebagai sebuah upaya pengalihan isu oleh pihak tertentu?

Saya melihat karakter yang jauh dari persepsi tentang seorang perempuan yang lembut, sabar, pemalu. Saya hanya melihat dari sisi positifnya, karakter pemberani seorang perempuan untuk survive.

Misal, dua perempuan dalam dua rekaman video di atas tidak sedang memegang uang, mungkinkah bisa bersikap seperti itu?

Entahlah! Bagaimana posisi keberadaan uang di zaman ini. Seolah saya melihat, bahwa dengan adanya uang manusia bisa lebih berani, lebih percaya diri, bisa berbuat semaunya, tidak takut pada siapa saja, tidak khawatir akibat perbuatannya.

Di sisi lain, ada fenomena dimana untuk mendapatkan uang, beberapa orang rela melakukan hal-hal yang mencederai kemuliaannya sebagai manusia. Nekat melanggar hukum dan meruntuhkan harga dirinya. Seolah kata "malu" sudah tak lagi berlaku atau dialihkan maknanya.

Dalam kondisi seperti itu, mungkinkah seseorang sedang ingat mati? Ingat bahwa dirinya harus bertanggung jawab di hadapan Allah atas segala perbuatannya?

Tidak bisakah kita menghindar dari kehendak zaman, jika memang itu kehendak zaman?

Sepertinya ada yang perlu diluruskan tentang konsep uang.

Awalnya, uang merupakan alat yang dibuat untuk memudahkan urusan manusia saat membutuhkan sesuatu yang ada pada orang lain. Fungsinya sebagai alat tukar, menggantikan sistem barter/ tukar menukar barang, yang berlaku sebelumnya.

Uang mewakili karakter materi dunia yang memang digunakan manusia untuk memenuhi dan mempermudah upaya memenuhi kebutuhannya. Jadi, uang adalah alat yang sepertinya bergeser fungsi menjadi kebutuhan. Bahkan sekarang, bukan sekedar memenuhi kebutuhan tetapi sebagai lambang kesuksesan.

Saya melihat ada pergeseran nilai terjadi, dimana ukuran kesuksesan dan kehormatan seseorang bukan pada keilmuan dan karakter kepemimpinannya, tapi sebanyak apa kekayaan yang dimiliki. Seolah, apapun bisa diselesaikan atau dibeli dengan uang, bukan hanya barang, juga kehormatan.

Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena bisa merusak tatanan dan peradaban.

Lalu, bagaimana cara mengembalikan fungsi uang sesuai dengan yang seharusnya? Sebagai alat tukar yang memudahkan kehidupan manusia?

Semua kembali kepada penanaman konsep yang benar, karena persepsi tentang uang akan sangat berpengaruh pada sikap yang diambil.

Seseorang yang memposisikan  uang dan kekayaan adalah segalanya, maka dia akan rela mengorbankan urusan lain, apapun itu demi memperolehnya.

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al-Thaghabun: 15) 
Sebenarnya, seberapa kita membutuhkan harta untuk memenuhi kebutuhan? 
Seberapa makanan yang mampu kita habiskan untuk kenyang dan memenuhi gizi yang dibutuhkan?
Seberapa banyak pakaian yang kita perlukan, sesibuk apapun aktivitas?
Seberapa besar tempat tidur mewah yang bisa membuat tidur nyenyak?
Seberapa besar dan banyaknya rumah yang kita perlukan untuk berlindung dari hujan dan panas?
Tetapi manusia memang memiliki potensi untuk serakah dan mengumbar hawa nafsu, sehingga mencari berlipat-lipat banyaknya dari sekedar yang dibutuhkan.
Saat manusia sudah diliputi keinginan mengikuti hawa nafsu, maka tak ada lagi rasa malu yang mampu mencegahnya mewujudkan keinginan itu.
Terkadang logika, pun dinomorsekiankan.
Dan...tak ada batas puas dalam memenuhi hawa nafsu, terus...terus...dan terus bertambah.
Yang mampu menghentikannya adalah kesadaran bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah yang seharusnya menjalani kehidupan sesuai dengan aturan-Nya. 


7 Larangan PNS dalam Politik

Wednesday, February 21, 2018


"PNS itu harus netral!"

Pernah dengar komentar seperti itu, ketika kita bicara masalah partisipasi politik sebagai PNS?

Yang jadi pertanyaan, netral yang seperti apa? Bukankah sebagai warga negara, seorang PNS juga punya hak ikut berpartisipasi dalam perpolitikan? Dan lagi, sebagai manusia pasti punya kecenderungan menginginkan pemimpin yang seperti apa?

Dua hari lalu, saya mendapat kiriman gambar yang membahas hal di atas, dari seorang teman yang PNS.

Dari poin-pon yang dicantumkan, cukup menjelaskan maksud dari netralnya seorang PNS dalam aktivitas politik.

7 Larangan PNS, dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) propinsi Sumatra selatan:
PNS harus menjaga netralitas mereka selama tahun politik, yakni: tahun digelarnya pilkada, pemilu legislatif maupun pemilu presiden.  
1. DILARANG mendeklarasikan diri sebagai CALON KEPALA DAERAH.  
2. Dilarang memasang SPANDUK PROMOSI calon KEPALA DAERAH.
3. DILARANG mendekati partai politik terkait dengan rencana pengusulan dirinya atau ORANG LAIN SEBAGAI BAKAL CALON KEPALA DAERAH.
4. Dilarang mengunggah, MEMBERIKAN LIKE, MENGOMENTARI dan sejenisnya atau menyebarluaskan gambar maupun VISI MISI BAKALCALON KEPALA DAERAH melalui media online maupun melalui medsos.
5. DILARANG menjadi PEMBICARA pada kegiatan PERTEMUAN partai politik.
6. Dilarang FOTO BERSAMA dengan bakal calon kepala daerah.
7. Dilarang menghadiri DEKLARASI BAKAL CALON kepala daerah, dengan atau tanpa menggunakan ATRIBUT PARTAI POLITIK.
Pelanggaran netralitas PNS akan diberi sanksi administratif atau sanksi hukuman disiplin, mulai dari penundaan kenaikan gaji berkala sampai dengan pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri.
Dasar hukum: 
1. UU no 5/ 2014 tentang aparatur sipil negara
2. UU no 10/ 2016 tentang pemilihan gubernur, bupati dan walikota.
3. PP no. 53/ 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil.
4. PP no 42/ 2004 tentang pembinaan jiwa korps dan kode etik pegawai negeri sipil.
5. SE KASN no. B-2900/KASN/11/2017 tgl 10 Nov 2017 tentang pengawasan pegawai ASN pada pilkada serentak 2018.
6. Surat Menpan-PB no. B/71/M,SM, 00,00/2017 tgl 27 Desember 2017 tentang pelaksanaan netralisasi.

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah mendapatkan informasi ini:
1. Yang mengeluarkann informasi ini adalah BAWASLU provinsi Sumatra Selatan, BENARkah?
2. Kalau benar, apakah berlaku untuk semua propinsi di Indonesia?
3. Jika memang berlaku untuk semua wilayah di Indonesia, maka tulisan berikut bisa dibaca, jika jawabannya berita ini hoax, maka cukup sampai di sini.

Saya hendtikan dulu, sambil menunggu kejelasan dari seorang kawan jurnalis yang saya mintakan bantuannya untuk konfirmasi ke bawaslu setempat.

Alhamdulillah, terima kasih kepada Bang Adian Saputra yang telah membantu saya untuk mengetahui kebenarannya. Jawabannya: BENAR!

Kita bisa melanjutkan pembahasan tentang partisipasi politik sebagai PNS.

Kita bahas mengenai 7 larangan tersebut satu persatu, karena bagi saya, masih perlu penjelasan, mengingat sulitnya memisahkan PNS dan non PNS ketika sudah melebur di masyarakat.

1. Untuk no 1 sepertinya tidak perlu dibahas, sudah jelas, ini konskuensi pilihannya sebagai PNS. Kalau ingin menjadi kepala daerah, ya harus mengundurkan diri sebagai PNS.

2. Dilarang memasang spanduk promosi calon kepala daerah. Mungkin kekanak-kanakan, tapi perlu diperjelas, dilarang MELAKUKAN PEMASANGAN atau di rumahnya tidak boleh DIPASANG spanduk? Bagaimana kalau ada salah satu anggota keluarganya yang jadi calon dan rumahnya menjadi sekretariat team suksesnya? Bukankah anggota keluarganya yang bukan PNS mempunyai hak mencalonkan diri?

3. Mendekati? Saya kok butuh penjelasan lebih detail, ya? Soalnya ini bahasa hukum, yang kalau salah menafsirkan akan berefek pada hukuman.

4. Wah, apa sebaiknya PNS tidak usah menggunakan medsos, ya? Hampir pasti akan bertemu dengan timeline tentang pilkada, teman-temannya yang sedang mensosialisasikan diri, yang terkadang tanpa sadar jari ikut melike atau berkomentar.

5. Kalau ini nggak terlalu sulit dan sangat jelas, tidak menjadi pembicara di acara partai.

6. Hah! Ini terjadi pada teman saya, istri seorang PNS yang jadi BCAD. Waah, sayang banget loh, dilarang masuk dalam dokumentasi acara-acara istrinya, kan banyak acara-acara penting dan bersejarah untuk keluarga. Seolah suaminya bukan bagian dari dirinya, Ya Allah, kok saya jadi baper, bahkan nelongso, ya?

7. Dilarang menghadiri deklarasi, okelah, tidak datang tidak apa-apa, toh tidak menghambat pencalonannya.

Kalau semua hal di atas ditaati oleh semua PNS, bagus!  Nah, yang paling rawan, karena tidak enak hati, para PNS tidak bisa menolak saat calon dari petahana melibatkan mereka dalam pencalonan berikutnya.

Belajar dari Drama Pelakor


Kemarin, beranda facebook diramaikan oleh beredarnya video rekaman, seorang perempuan sedang menghakimi perempuan lain.

Awalnya saya enggan membukanya, tetapi mengintip komentator yang begitu banyak, penasaran juga, kemudian saya tonton.

Sebuah rekaman dimana seorang perempuan yang tidak tampak di gambar, bicara meledak-ledak di hadapan seorang perempuan yang  yang duduk diam, menundukkan kepala. Tidak ada reaksi berarti, hanya menunduk mendengarkan ucapan-ucapan pedas yang menyembur dari sumber suara.

Sekilas, di hadapan perempuan itu duduk seorang laki-laki, entah siapa, dan di sisi lain ada 2 orang yang ada di ruangan itu, duduk menyaksikan apa yang terjadi.

Adegan itu sampai puncaknya ketika perempuan yang dituduh sebagai pelakor itu ditaburi uang ratusan ribu, kemudian lima puluhan ribu. Sepertinya, ini yang menginspirasi 2 video berikutnya.

Video pertama, tampak seorang perempuan dengan dandanan mirip sang pelakor, dengan posisi yang mirip, dengan suara yang mirip atau mungkin suara dari video asli. Bedanya, perempuan ini ditaburi daun-daunan.

Video berikutnya, seorang laki-laki, menggunakan sarung sebagai penutup kepala, berperan juga seperti pelakor, nah, di video ini yang ditaburkan bukan uang, bukan daun tetapi kartu remi.

Untunglah, saat saya menonton video itu, saat sendiri di kamar, anak-anak sedang di luar.

Saya jadi ingat, kejadian sekitar 40an tahun lalu, kalau tidak salah kelas 2 atau 3 SD. Di depan rumah, ada tetangga yang menyewa rumah, sebut saja namanya tante X dan om Y, mempunyai anak seumuran saya, tunggal.

Suatu siang, saat saya sedang bermain di rumahnya, ketika itu tante X tiba-tiba keluar dari kamar dengan dandanan rapi.

"Mama mau kemana?" tanya teman saya.

"Mau ikut? Yok, Neny juga ikut, bilang Mamak dulu," jawabnya, ramah.

Segera saya pulang untuk berpamitan.

Siang terik kami berjalan menuju kampung sebelah, berjarak sekitar 2 km dari rumah. Jarak segitu biasa kita jalan kaki atau bersepeda.

Sampai di tujuan, kami diajak ke warung yang berjualan es dan gorengan serta jajanan. Agak lama, sampai kemudian terlihat seorang perempuan datang di rumah tetangga yang punya warung.

"Tunggu sini dulu, ya," kata tante X meninggalkan warung tanpa menunggu jawaban saya dan anaknya.

Saya melihat tante X menghampiri perempuan langsing dan cantik tadi, yang belum sempat masuk ke rumahnya. Entah apa yang dibicarakan, saya melihat tante X bicara dengan emosi dan tangannya menuding-nuding perempuan itu. Tak lama tetangga berdatangan, tapi sepertinya mereka tidak segera melerai, mungkin karena baru satu pihak yang bicara keras dan tanpa kekerasan fisik. Atau bisa jadi mereka tidak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain? Sampai kemudian, seorang laki-laki setengah baya menghampiri dan mengajak bicara. Terlihat tante X agak menurun emosinya dan tidak lagi bicara keras seperti tadi, mendengarkan sibapak berbicara.

Kami pulang sore hari, mendekati waktu maghrib.

"Dari mana, tho?" tanya Mamak.

"Nonton wayang, ya, Nen," jawab tante X.

Hmm, kisah yang sama dari dulu hingga kini, pelakor!

Apa yang saya pikirkan dengan kejadian ini?

1. Hebatnya media!

Dengan adanya media sosial, tidak dibutuhkan wartawan untuk mengangkatnya menjadi berita nasional, bahkan dunia. Setiap kita bisa menjadi pembuat atau menyebar berita. Apapun bisa kita unggah, selama ada kuota internet.

Hanya...sudahkah dipikirkan, mengapa mengunggahnya? Tujuannya apa? Kira-kira dampaknya bagaimana, untuk diri sendiri atau orang lain?

Untuk melakukan klik---kirim, butuh waktu tidak lebih dari 2 detik! Tetapi efeknya, bisa menghancurkan banyak jiwa dan merusak tatanan hidup orang lain, bahkan diri sendiri.

Kita tidak tahu, kapan khilaf dan berada di posisi orang yang dipermalukan dan disebarkan di media tanpa ada yang bisa menghentikannya. Bagaimana dengar keluarga dekat yang tidak terlibat dengan peristiwa itu? Terlepas dari siapa yang salah pada peristiwa orang lain, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran, bagaimana harus lebih bijak menggunakan media dalam bersosialisasi.

2.  Perselingkuhan.

Merupakan masalah yang selalu ada di setiap zaman, karena sepertinya memang ada karakter dasar manusia untuk melakukan itu. Hanya saja, semua tergantung pada kesungguhan hati untuk tidak melakukannya.

Perselingkuhan terjadi tidak selamanya karena tak ada lagi cinta atau adanya kekurangan di salah satu pihak, terkadang awal perselingkuhan hanya iseng-iseng saja. Itulah godaan, kadang disepelekan sehingga tak sadar menjerat kuat sehingga sulit dilepaskan.

Sebagai manusia, mungkin semua kita akan marah jika dikhianati, diselingkuhi, diduakan. Kita manusia yang tidak punya kuasa se Maha Kuasanya  Allah, tidak kaya se Maha Kayanya Allah, tidak suka itu,  bagaimana dengan Allah? Sedangkan pada kenyataannya banyak manusia, mungkin termasuk kita, masih mempersekutukan Allah dalam niat, fikiran ataupun tindakan. Kita ikuti hawa nafsu tanpa berfikir bagaimana Allah tak suka, Kita sering bergantung dan berharap pada manusia, sedangkan tempat bergantung dan berharap seharusnya kepada Allah.

3. Mengumbar aib.

Semua kita mempunyai aib, hanya saja Allah menutup aib-aib itu. Sepertinya tak ada manusia yang ingin aibnya diumbar oleh orang lain, dan kalau terjadi, biasanya akan ada upaya membela diri atau membalas dengan  hal yang sama atau lebih.

Saat tulisan ini ditayangkan, sudah muncul video klarifikasi dari perempuan yang dituduh pelakor dalam video pertama. Entah, mau sampai mana urusan ini berakhir.

Apa pelajarannya bagi kita?

Semua peristiwa adalah tarbiyah dari Allah. Dia Maha Kuasa memilih hamba-hamba-Nya untuk dijadikan sebagai contoh dan pelajaran. Kita bisa belajar dari kisah-kisah terdahulu, bagaimana belajar dari keluarga Firaun, keluarga nabi Ibrahim, Nuh, Luth dan banyak lagi kisah yang Allah sampaikan dalam kitab-Nya. Dan tentunya, kita juga harus belajar dari kisah kehidupan orang-orang yang hidup di zaman ini.

Dalam Politik: Semua Sudah Direncanakan

Monday, February 19, 2018


Saya tertarik dengan cuitan Karni Ilyas, presiden ILC, kemarin.

"Dalam politik tidak ada kejadian yang tidak direncanakan/insidentil...Meskipun itu terjadi, maka yakinlah, itupun direncanakan agar terlihat seolah insidentil." Franklin Roosevelt.
Siapa Roosevelt?

Salah satu presiden Amerika Serikat yang sangat berpengaruh di zamannya, bahkan pemikiran-pemikirannya masih menjadi referensi hingga kini. Mempengaruhi pemikiran para politisi, juga pengamat politik.

Bayangkan jika pemikiran di atas menjadi paradigma berfikir kita, saat melihat peristiwa-peristiwa yang terkait dengan perpolitikan, terkhusus pemilu/ pilkada.

Apa yang pertama terfikirkan saat terjadi peristiwa heboh yang terkait dengan pilkada?

Siapa yang merencanakan? Apa tujuannya?

Sasaran pertama, tentu pemain dan team suksesnya. Seperti contohnya di Lampung, ada 4 pasangan cagub dan cawagub, maka merekalah yang pertama dikuliti dengan analisa, siapa yang paling besar kemungkinannya sebagai pembuat skenario sebuah peristiwa.

Sasaran kedua, pihak di luar pemain yang mempunyai kepentingan dengan terselenggaranya pilkada dan siapa pemenangnya. Tentu sasaran yang ini tidak mudah terbaca oleh pandangan masyarakat umum. Salah satu pihak yang sedikit lebih banyak tahu tentang hal ini adalah para jurnalis politik.

Kembali pada pernyataan di atas, bahwa semua hal direncanakan. Pastinya!

Mengikuti pilkada bukan proyek kecil! Semua kandidat tentu berharap memenangkan pertarungan, wajar kalau dibarengi dengan perencanaan yang matang. Terlepas dari apa tujuannya setelah duduk di kursi tertinggi di propinsi ini.

Pada pilgub 2018 di Lampung, ada 4 paslon yang resmi diterima KPU untuk masuk gelanggang, itu berarti ada minimal 4 rencana besar yang dibuat oleh masing-masing team paslon.

Bagaimana detail rencana itu, tentu hanya team sukses yang mengetahuinya. Ibarat sebuah pertarungan, rencana merupakan strategi yang dirahasiakan dari pihak kompetitor. Tapi gambaran sederhananya, perencanaan itu meliputi upaya-upaya yang dilakukan untuk menghambat laju kompetitor lain dan menarik simpati sebanyak-banyaknya suara. Dan sangat mungkin, ekskusi dari rencana-rencana itu saling bertabrakan.

Sebagai masyarakat, ada baiknya kita mengikuti falsafah Jawa: ojo kagetan, ojo gumunan, supaya tidak mudah terbawa dan tersulut emosi.

Apa maknanya?

Ojo kagetan! Jangan mudah terkejut dengan apapun yang terjadi, biasa saja. Tetap kontrol diri.

Ojo gumunan! Jangan mudah heran! Apalagi kalau kita sudah terlanjur ngfans dengan seseorang, seolah tidak percaya saat terjadi peristiwa yang jauh dari bayangan kita tentang sosoknya selama ini.

Semoga dengan tidak mudah kaget dan heran, kita bisa terhindar dari beberapa sikap negatif berikut:

1. Terlalu mengidolakan seseorang dan tidak percaya dengan informasi yang dianggap menjatuhkannya. Membela sang idola secara membabi buta. Akibatnya? Bisa menghilangkan logika berfikir dan menyebabkan malu saat hal itu terbukti benar.

2. Menyerang pihak yang tidak disukai dan menuduhnya sebagai biang penyebab dari hal-hal yang tidak sesuai keinginannya.

3. Memperturutkan emosi sehingga merusak hubungan persaudaraan dan pertemanan.

4. Sulit menilai dengan adil dan berimbang.

"Dalam politik tidak ada kejadian yang tidak direncanakan/insidentil...Meskipun itu terjadi, maka yakinlah, itupun direncanakan agar terlihat seolah insidentil."

Itu ucapan/ pemikiran Franklin Roosevelt, seorang manusia, perlu diuji dengan banyak pembuktian, mungkin benar mungkin salah.

Bandingkan dengan:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Terjemah QS Ali Imron :54)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesai, makar berarti akal busuk; tipu daya; perbuatan(usaha) dengan maksud hendak menyerang atau membunuh, dll; perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah.

Ini bukan masalah benar atau salah, bukan pula masalah membawa-bawa ayat Al Qur'an/ agama ke ranah politik, walaupun tidak ada juga larangannya.

Ini masalah pemahaman dan penafsiran terhadap kondisi perpolitikan.

1. Ada yang memahami, dunia perpolitikan adalah masalah yang terpisah dengan kehidupan beragama yang dianggap sebagai urusan pribadi, tetapi ada yang tidak memisahkannya, karena kehidupan adalah rangkaian penghambaannya kepada Allah.

2, Ada yang beranggapan, perpolitikan hanyalah permainan yang sewaktu-waktu bisa ditinggalkan dan berganti dengan jenis permainan lain, tetapi ada yang menjadikan politik sebagai perjuangan.

3. Ada yang memahami, kompetitor hanya lawan main di lapangan saat pertandingan dimulai, tetapi ada yang melihatnya sebagai sebuah pertarungan yang terus berhubungan dan berkelanjutan.

Anggapan seseorang sangat tergantung pada pemahaman, juga kepentingannya. Bisa jadi anggapannya sesuai kenyataan, atau hanya sebatas prasangkanya.

Yang harus dicatat, bahwa segala ketentuan yang berasal dari Allah benar adanya, hanya saja butuh upaya dan terus belajar untuk memahaminya. Selain itu, apapun yang kita lakukan berdasarkan anggapan dan penafsiran, semua akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.


Paslon Mustafa-AJA Tetap Maju di Pilgub 2018

Sunday, February 18, 2018


Pagi tadi, 18 Februari 2018, KPU Lampung menggelar acara Deklarasi Kampanye Damai Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung 2018 bertempat di PKOR Way Halim Bandarlampung.

Sebagian masyarakat Lampung, termasuk saya, tertarik dengan kabar kelanjutan dari berita heboh beberapa hari lalu, terkait kejadian yang dialami salah satu calon gubernur, yaitu Mustafa, yang resmi ditahan oleh KPK dalam kasus suap.

Mungkin masyarakat tidak terlalu tertarik membahas detail kasusnya, tapi biasanya, saat seseorang ditangkap aparat, langsung dianggap bersalah.

Lalu? Bagaimana kelanjutan pencalonannya?

Sebagian masyarakat tidak paham undang-undang dan peraturannya, apakah kejadian itu otomatis melengserkan paslon no urut 4 itu atau tidak? Tentu team sukses yang bersangkutan paham akan hal itu, sehingga masyarakat cukup menunggu apa langkah berikutnya.

Hari ini, pertanyaan itu terjawab. Paslon no urut 4 tetap maju ke gelanggang, karena tidak ada peraturan yang melarangnya.

Mungkin ada yang secara emosional menganggap, tidak tahu malu, sudah jelas-jelas melakukan perbuatan curang, terkena kasus pidana, masih juga berani meneruskan pencalonan!

Sesederhana itukah?

Berapa besar waktu, dana dan pemikiran yang terkuras untuk mengantarkan keduanya resmi menjadi paslon dengan no urut 4? Berapa banyak orang terlibat di dalamnya?

Mustafa, sebagai calon gubernur, adalah seorang pribadi yang berkarakter, juga sebagai bupati Lampung Tengah sekaligus ketua Nasdem lampung.. Beliau punya kehidupan di luar dirinya sebagai calon gubernur. Dipertemukan dengan Ahmad Jazuli, yang juga seorang pribadi berkarakter, anggota DPD yang diusung PKS untuk mendampingi Mustafa sebagai calon wakil gubernur.

Terlepas dari proses hukum yang sedang berjalan, alangkah baiknya kita mencoba memandang permasalahan ini dari sisi kemanusiaannya.

Tak ada manusia yang tak pernah salah, hanya saja seberapa kesalahan itu, siapa yang mengetahuinya, seberapa besar merugikan pihak lain?

Kita positif thinking, lokalisir permasalahan pada tempatnya, biarlah Mustafa menjalani proses hukumnya, kita doakan keadilan masih bisa ditegakkan di bumi ini.

Katanya politik itu kotor, tapi tidak semua pemainnya bermain kotor. Semoga politisi yang masih idealis tetap semangat berjuang di tengah kekotoran tempat berkiprahnya.

Hidup ini sebentar, jangan sampai tertipu permainan yang menguras energi sehingga lupa waktu, luppa pada tujuan hidup yang sesungguhnya.

Sumber : http://lampung.pks.id/2018/02/18/terkait-koalisi-kece-ini-pernyataan-sikap-pks-lampung/

Mustafa, Cagub Lampung Resmi Ditahan KPK?

Friday, February 16, 2018


Jum'at, 16 Februari 2018 pukul 03.41, cagub Lampung dengan no urut 4 resmi ditahan KPK.

Dua hari sebelumnya berita OTT KPK menyedot perhatian sebagian masyarakat di Lampung yang sedang menggelar rangkaian hajatan pilgub 2018.

Diawali berita tertangkapnya beberapa pejabat Lampung Tengah pada hari Rabu, 14 Februari 2018 yang diisukan termasuk di dalamnya, bupati Lampung Tengah, Mustafa, yang juga sebagai salah satu calon gubernur Lampung.

Berita terus bergulir, Rabu malam, jubir KPK membantah berita penangkapan Mustafa, diikuti beberapa klarifikasi yang beredar Kamis, dengan bukti gambar, hari itu Mustafa menghadiri acara di Bandarlampung.

Redam sejenak, sampai kemudian heboh lagi dengan berita yang muncul Jum'at pagi, dengan foto Mustofa mengenakan rompi kuning sebagai tanda resmi menjadi tahanan KPK.

Huft!

Bisa dibayangkan kondisi psikologis Mustafa? Keluarga intinya? Partai pendukung pencalonannya? team suksesnya? Simpatisan dan calon pemilih yang sudah yakin ingin memilihnya?

Tegang menanti detik-detik nasibnya sebelum keputusan Jum'at dini hari tadi. Dan sekarang?

Setiap peristiwa adalah ujian, bagi yang melakoninya juga yang menyaksikannya.

Di sinilah kualitas manusia akan ternilai. Siapakah manusia-manusia yang mudah menyerah, mencari kambing hitam untuk disalahkan, ataukah memilih untuk tegar menghadapi kenyataan, tetap maju pantang menyerah melanjutkan perjuangan dan menjadikan hambatan ini sebagai batu loncatan dalam perjuangannya.

Dalam dunia perpolitikan saat ini, sulit mengharapkan permainan yang bersih dan ideal. Tapi bukan berarti tidak ada pemain yang idealis, hanya saja, itu akan sulit terlihat karena dominasi yang menyolok dari pemain-pemain dari berbagai latar belakang dengan niat yang berbeda-beda dalam memasuki gelanggang.

Dalam sebuah permainan, pertarungan, perjuangan, tentu semua pemain berfikir dan berusaha untuk menjadi pemenang, walaupun tau bahwa peluang kalah lebih besar.

Dalam pilgub Lampung kali ini, ada 4 pasangan  yang disahkan oleh KPK sebagai calon yang akan bertarung di gelanggang. Ada 3 calon lain yang harus diperhitungkan kekuatannya untuk bisa mengungguli untuk bisa menjadi pemenang.

Begitu banyak waktu, fikiran, tenaga dan dana yang dikeluarkan untuk mengikuti pilgub, wajar kalau team pemenangan berjuang habis-habisan untuk memenangkan.

Saya ingin memilah, bagimana sikap masyarakat dalam menanggapi kasus yang menerpa salah satu cagup Lampung ini.

1. Masyarakat yang merasa tidak berkepentingan dengan kasus ini. Siapakah mereka? Mereka yang merasa tidak terkena imbas dari pilgub, siapapun yang menang, baginya tidak mempengaruhi kehidupannya. Bisa jadi mereka adalah penduduk yang tidak memahami mekanisme bagaimana sebuah kebijakan yang akan diberlakukan di masyarakat dihasilkan. Bisa juga mereka sudah muak dengan situasi perpolitikan yang jauh dari harapannya. Biasanya mereka pragmatis, mana yang menguntungkan saat ini, ambil, merasa tidak punya peran dalam memperbaiki keadaan masyarakat melalui jalur politik. Golputkah mereka? Sebagian ada, tapi tidak semua.

2. Masyarakat yang terpengaruh dengan kejadian ini. Sebelumnya sudah simpati, tetapi kejadian ini membuatnya ragu, bahkan ada yang langsung memutuskan untuk mencari pilihan yang lain. Berita itu langsung dipercaya sebagai sebuah kebenaran yang bisa dijadikan alasan untuk berpindah pilihan.

3. Masyarakat yang belum mengambil sikap, masih menunggu perkembangan. Mereka masih memberi kemungkinan bahwa apa yang diberitakan tidak persis sama dengan kondisi yang sebenarnya. Hal ini logis, melihat pengalaman dari pilgub di daerah lain yang diberitakan begitu penuh intrik, jadi sangat mungkin yang terjadi di sini tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Bukan hal yang aneh, ketika pilkada, KPK begitu rajin beraksi. Berbagai pemikiran ala film politik dan mafia menjadi bahan pertimbangannya.

4. Masyarakat yang semula mendukung, sebagian besar dari partai pendukung pasangan Mustafa-Aja. Mustafa sebagai ketua Nasdem, dengan dukungan anggota partainya dan Ahmad jazuli yang didukung penuh oleh PKS. Banyak kejadian untuk pasangan koalisi dari beberapa partai, sangat mungkin ada pendukung partainya yang tidak sreg dengan pasangan calonnya, dalam hal ini adalah PKS. Ada mungkin yang merasa kejadian ini sebagai pembenaran dari ketidak setujuannya. Melepaskan beban moralnya. Yang jadi masalah, bagaimana selanjutnya dengan pasangan yang pincang? Tentu masih menunggu, bagaimana team sukses dari partai koalisi pasangan ini bekerja siang malam, menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan, mengoptimalkan segala potensi yang ada. Ini konskuensi dari pilihan, ikut maju ke gelanggang.

Itu hitungan dan logika umum, tentu saja ada logika lain yang digunakan oleh orang-orang tertentu. Bagaimana mereka melihat dan menganalisa peristiwa dua hari ini sebagai bagian kecil dari rencana besar pihak tertentu, entah pihak yang mana dan apa kepentingan serta goal dari skenario ini.

Satu hal yang tak boleh dilupakan, bahwa ini adalah takdir yang Allah izinkan terjadinya untuk menguji, siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang mengambil pelajaran, tetap beramal sholeh, dan berpegang teguh dalam ketaatan kepada-Nya, karena tak ada sisi hidup manusia yang bisa lepas dari kehambaannya.

Sumber gambar : Tempo.co


Cagub Lampung Mustafa Terkena OTT KPK, Benarkah?

Wednesday, February 14, 2018


Baru satu jam saya posting tulisan tentang memilih cerdas, tadi malam, dapat kabar di grup WA dari seorang penulis jurnalis, bahwa Cagub Lampung Mustafa terkena operasi tangkap tangan (OTT) KPK.

Walah! Padahal postingan itu menyertakan gambar pasangan Mustafa-AJA saat konsolidasi di PKS. Apa gambarnya diganti saja, ya? Ha ha ha, sempat terfikir seperti itu.

Nggak ah, itu kan resiko menulis dengan tema terkini.

Heboh, pastinya! Terutama dikalangan warga partai pendukung pasangan Mustafa-AJA.

Bagaimana kalau ternyata berita itu benar? Mustafa jadi tersangka? Apakah pencalonan bisa diteruskan? Apa Ahmad Jazuli bisa ganti pasangan? Atau terkena diskualifikasi?

"Kalau benar Mustafa tertangkap, Ahmad Jazuli yang maju, yang jadi masalah kuat nggak dia tanpa Mustafa," komentar seorang teman jurnalis.

"Kalau mundur?" tanya saya.

"Denda!" jawabnya.

"Ada undang-undangnya?" saya kejar terus, penasaran sih.

"Ada, tapi saya lupa."

Lah! Piye, tho? Dalilnya lupa? Nggak valid, ah!

Wew! Maju kena mundur kena!

Duh! Bisa membayangkan bagaimana kalang kabutnya team sukses!

Masyarakat?

Sama! Ikut heboh! Di grup WA seolah berlomba ngshare berita dari berbagai sumber media online. Sepertinya yang seru, ya teman-teman jurnalis. Ini berita panas, harus segera diupdate terus perkembangannya. Gaya jurnalis sekarang, nggak harus turun ke lapangan, duduk manis di rumah menunggu updatean berita online, comot sana, comot sini, tulis, publish!

Eits! Nggak semua, ya! Yang seperti itu hanya berlaku untuk beberapa bloger berita, untuk mengejar page one di mesin pencari Google. Menggoda sih, kadang pengen ikutan, he he he, tapi nggak kuat. Sekali-sekali saja, kalau ada yang menarik untuk diulas versi saya.

Nah, saat ini saya sedang tertarik, makanya menuliskannya, syukur-syukur kalau bermanfaat untuk pembaca sebagai masyarakat yang ikut memikirkan kondisi bangsa, terkait dengan memilih pemimpin.


Bagaimana sikap kita mendengar kehebohan ini, terutama masyarakat Lampung?

1. Jadwal pilkada sudah ditetapkan, jadi insyaallah kita tetap akan menjadi pemilih untuk menentukan pemimpin Lampung lima tahun ke depan.

2. Menilai semua calon tetap terus dilakukan, agar saat hari pencoblosan nurani kita sudah mantap memilih yang amanah dan kompeten.

3. Tidak semua berita media kita telan bulat-bulat, bisa tersedak! Cicip saja sedikit-sedikit, dan perhatikan sumber berita, bagaimana track recodnya selama ini. Kita, yang biasa konsumsi berita media, sudah paham, mana-mana yang punya kecenderungan ke siapa.

4. Pelajari terus iklim pemberitaan di tanah air, kenali pemain-pemainnya.

5. Tidak perlu ikut panas dengan segala berita, jangan mudah panik dan bereaksi, tunggu kabar resmi dari yang berwenang, entah itu dari pemerintah, lembaga resmi atau struktur partai.

6. Bersiap dengan perubahan situasi politik yang tiba-tiba dan tak terduga, karena mesin politik terus bekerja siang malam tanpa kenal lelah untuk menciptakan konstelasi yang diinginkan.

7. Yang terpenting, di manapun kita, sebagai apapun, satu hal pasti, segala keputusan dan pilihan sikap, harus kita pertanggung-jawabkan di hadapan Allah. 

Menjadi Pemilih Cerdas di Pilkada Lampung 2018



KPU Lampung telah menetapkan empat pasangan calon gubernur-wagub Lampung, yaitu pasangan:
Mustafa-Ahmad Jajuli yang diusung oleh Partai NasDem, PKS, dan Hanura.
Herman HN-Sutono yang diusung oleh PDI Perjuangan.
Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim diusung oleh Partai Golkar, PAN, PKB
M Ridho Ficardo-Bachtiar Basri yang diusung oleh Partai Demokrat, PPP, dan Gerindra.

Mustafa adalah Bupati Lampung Tengah berpasangan dengan anggota DPD asal Lampung Ahmad Jajuli.
Herman HN adalah Wali Kota Bandar Lampung yang berpasangan dengan Sutono yang mundur sebagai Sekdaprov Lampung.
Chusnunia Chalim yang menjadi pasangan cawagub dengan cagub Arinal Djunaidi (mantan Sekdaprov Lampung) adalah Bupati Lampung Timur.
Ridho-Bachtiar adalah Gubernur-Wagub Lampung yang masih menjabat saat ini.

Pengambilan nomor urut pasangan calon kepala daerah untuk Pilgub Lampung 2018, telah dilakukan di Hotel Novotel, Bandar Lampung, Selasa (13/2) malam.

Hasilnya?

No urut 1, terpilih oleh pasangan M. Ridho Ficardo-Bakhtiar Basri.
No urut 2, terpilih oleh pasangan Herman HN-Sutono
No urut 3, terpilih oleh pasangan Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim
No urut 4,  terpilih oleh pasangan Mustafa - Ahmad Jajuli.

Ketua KPU Lampung, Nanang Trenggono mengimbau agar masyarakat dapat memilih pemimpin sesuai dengan hati nuraninya, sehingga pemimpin yang baik bisa muncul karena pilihan rakyat bukan karena yang lain.

Saya tertarik dengan istilah MEMILIH sesuai HATI NURANI.

Dalam prakteknya, yang seperti apa, ya?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hati nurani memiliki pengertian:
1. hati yang telah mendapat cahaya Tuhan.
2. perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya.

Bagaimana kaitannya antara memilih sesuai hati nurani dengan hingar bingar segala kerepotan menjelang pilkada?

Bayangkan, saat kita memilih seseorang dengan perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya, sedekat apa kita dengan orang tersebut?


Dan itulah tujuan dari sosialisasi calon dan kampanye yang diselenggarakan.

Seharusnya, sosialisasi dilakukan untuk mengenalkan dan mendekatkan diri ke calon pemilih, agar tidak terjadi seperti pepatah yang menyatakan, membeli kucing dalam karung. Tidak tahu seperti apa dan kualitasnya bagaimana.

Beruntung pasangan calon yang sudah dikenal, sehingga tidak terlalu ngos-ngosan menyambangi masyarakat untuk mengenalkan diri. Zaman pun sudah banyak berubah, untuk sosialisasi, calon tidak harus mendatangi masyarakat dan bergaul langsung dengan mereka, karena media sudah bisa mengenalkan sosok mereka ke masyarakat dengan jangkauan lebih luas.

Nah! Di sinilah peluang lebar untuk jor-joran melakukan pencitraan. Dan siapakah yang paling sukses dalam hal ini? Secara logika, yang menguasai banyak media dan dana untuk merekrut sebanyak-banyaknya team sukses profesional.

Kampanye adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara (KBBI).

Kampanye ditentukan waktunya, setelah resmi diputuskan menjadi calon pasangan oleh KPU.

Kesempatan sodialisasi dan kampanye ini seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat. Serap informasi sebanyak-banyaknya tentang calon dari sumber yang bisa dipercaya. Walau tidak mudah, karena dalam hal ini ada pihak yang mau bermain kasar dan kotor, misalnya menyebarkan fitnah atau biasa kampanye hitam dengan berbagai caranya.

Sebenarnya para calon mungkin agak bingung, mengingat kebiasaan yang sudah mengurat akar selama ini, dimana tidak perlu dipungkiri lagi, seringnya terjadi bagi-bagi sesuatu untuk menarik simpati masyarakat.

Mungkin tidak semua kita memahami, beda politik uang dengan pemberian-pemberian yang manusiawi. Di sinilah kecerdasan kecerdasan dan kepekaan rasa kita teruji.

Tidak semua acara yang digelar sebagai sarana sosialisasi dan kampanye yang digelar, dan di dalamnya ada acara bagi-bagi adalah politik uang, karena bentuk pemberian itu beragam. Di sinilah kita akan menilai pasangan calon dan team suksesnya, bagaimana mereka mampu meraih simpati dengan cara jujur, elegan dan menyentuh hati nurani calon pemilih.

Yang perlu diingat, kita akan memilih pemimpin yang kebijakannya nanti akan berimbas pada kehidupan lima tahun mendatang. Jangan sampai terlalu pragmatis, menerima pemberiann yang hanya untuk belanja sehari dua hari, kita korbankan nasib lima tahun ke depan.