Menjadi Pemilih Cerdas di Pilkada Lampung 2018

Wednesday, February 14, 2018



KPU Lampung telah menetapkan empat pasangan calon gubernur-wagub Lampung, yaitu pasangan:
Mustafa-Ahmad Jajuli yang diusung oleh Partai NasDem, PKS, dan Hanura.
Herman HN-Sutono yang diusung oleh PDI Perjuangan.
Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim diusung oleh Partai Golkar, PAN, PKB
M Ridho Ficardo-Bachtiar Basri yang diusung oleh Partai Demokrat, PPP, dan Gerindra.

Mustafa adalah Bupati Lampung Tengah berpasangan dengan anggota DPD asal Lampung Ahmad Jajuli.
Herman HN adalah Wali Kota Bandar Lampung yang berpasangan dengan Sutono yang mundur sebagai Sekdaprov Lampung.
Chusnunia Chalim yang menjadi pasangan cawagub dengan cagub Arinal Djunaidi (mantan Sekdaprov Lampung) adalah Bupati Lampung Timur.
Ridho-Bachtiar adalah Gubernur-Wagub Lampung yang masih menjabat saat ini.

Pengambilan nomor urut pasangan calon kepala daerah untuk Pilgub Lampung 2018, telah dilakukan di Hotel Novotel, Bandar Lampung, Selasa (13/2) malam.

Hasilnya?

No urut 1, terpilih oleh pasangan M. Ridho Ficardo-Bakhtiar Basri.
No urut 2, terpilih oleh pasangan Herman HN-Sutono
No urut 3, terpilih oleh pasangan Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim
No urut 4,  terpilih oleh pasangan Mustafa - Ahmad Jajuli.

Ketua KPU Lampung, Nanang Trenggono mengimbau agar masyarakat dapat memilih pemimpin sesuai dengan hati nuraninya, sehingga pemimpin yang baik bisa muncul karena pilihan rakyat bukan karena yang lain.

Saya tertarik dengan istilah MEMILIH sesuai HATI NURANI.

Dalam prakteknya, yang seperti apa, ya?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hati nurani memiliki pengertian:
1. hati yang telah mendapat cahaya Tuhan.
2. perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya.

Bagaimana kaitannya antara memilih sesuai hati nurani dengan hingar bingar segala kerepotan menjelang pilkada?

Bayangkan, saat kita memilih seseorang dengan perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya, sedekat apa kita dengan orang tersebut?


Dan itulah tujuan dari sosialisasi calon dan kampanye yang diselenggarakan.

Seharusnya, sosialisasi dilakukan untuk mengenalkan dan mendekatkan diri ke calon pemilih, agar tidak terjadi seperti pepatah yang menyatakan, membeli kucing dalam karung. Tidak tahu seperti apa dan kualitasnya bagaimana.

Beruntung pasangan calon yang sudah dikenal, sehingga tidak terlalu ngos-ngosan menyambangi masyarakat untuk mengenalkan diri. Zaman pun sudah banyak berubah, untuk sosialisasi, calon tidak harus mendatangi masyarakat dan bergaul langsung dengan mereka, karena media sudah bisa mengenalkan sosok mereka ke masyarakat dengan jangkauan lebih luas.

Nah! Di sinilah peluang lebar untuk jor-joran melakukan pencitraan. Dan siapakah yang paling sukses dalam hal ini? Secara logika, yang menguasai banyak media dan dana untuk merekrut sebanyak-banyaknya team sukses profesional.

Kampanye adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara (KBBI).

Kampanye ditentukan waktunya, setelah resmi diputuskan menjadi calon pasangan oleh KPU.

Kesempatan sodialisasi dan kampanye ini seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat. Serap informasi sebanyak-banyaknya tentang calon dari sumber yang bisa dipercaya. Walau tidak mudah, karena dalam hal ini ada pihak yang mau bermain kasar dan kotor, misalnya menyebarkan fitnah atau biasa kampanye hitam dengan berbagai caranya.

Sebenarnya para calon mungkin agak bingung, mengingat kebiasaan yang sudah mengurat akar selama ini, dimana tidak perlu dipungkiri lagi, seringnya terjadi bagi-bagi sesuatu untuk menarik simpati masyarakat.

Mungkin tidak semua kita memahami, beda politik uang dengan pemberian-pemberian yang manusiawi. Di sinilah kecerdasan kecerdasan dan kepekaan rasa kita teruji.

Tidak semua acara yang digelar sebagai sarana sosialisasi dan kampanye yang digelar, dan di dalamnya ada acara bagi-bagi adalah politik uang, karena bentuk pemberian itu beragam. Di sinilah kita akan menilai pasangan calon dan team suksesnya, bagaimana mereka mampu meraih simpati dengan cara jujur, elegan dan menyentuh hati nurani calon pemilih.

Yang perlu diingat, kita akan memilih pemimpin yang kebijakannya nanti akan berimbas pada kehidupan lima tahun mendatang. Jangan sampai terlalu pragmatis, menerima pemberiann yang hanya untuk belanja sehari dua hari, kita korbankan nasib lima tahun ke depan.


0 comments:

Post a Comment